Oleh Sonya Hellen Sinombor
Sebelum menghibur warga Solo pada Kamis malam, Bondan menemui pencipta lagu Bengawan Solo di rumahnya di Kampung Kemlayan, Serengan, Solo. Didatangi Bondan, Kamis siang, Gesang sangat gembira. Maklum yang datang, anak-anak muda yang generasinya jauh di bawah Gesang.
Bondan yang datang bersama Tito, Ari, dan Eza, langsung ngobrol dengan Gesang. Hanya dalam beberapa detik, Bondan dan teman-temannya langsung terlibat diskusi yang seru dengan Gesang. Dilihat dari dekat, dialog penyanyi muda ini dengan Gesang lebih mirip terlihat seperti seorang kakek yang bertemu dengan cucu-cucunya.
Gesang pun bercerita panjang lebar mengenai keroncong yang menjadi kebanggaannya hingga kini. Gesang juga bercerita bagaimana kondisi musisi di eranya, khususnya musisi keroncong.
"Mbah Gesang, apa punya grup band?" tanya Bondan. Gesang langsung menjawab dengan spontan, "Iya. Saya dulu punya grup orkes. Ada tiga grup orkes yang saya ikuti. Satu orkes biasanya diikuti sepuluh orang."
Namun, ketika ditanya apakah Gesang suka dengan musik rock, tiba- tiba Gesang menjawab bahwa dulu di Solo ada grup band yang nyanyi sebelum bioskop dimulai. "Namanya Jazz Band. Grup band ini biasanya nyanyi di depan pintu bioskop. Kalau filmnya sudah mulai, mereka ikut masuk menonton. Biar gratis nontonnya. He-he-he," tutur Gesang sambil tertawa.
Lebih dari setengah jam, mereka berdialog. Berbagai pertanyaan dilontarkan Bondan dan teman-temannya. Mungkin karena usia yang berbeda jauh dan era musik yang berbeda, obrolan sering tidak nyambung. Banyak pertanyaan Bondan dan teman-temannya sering dijawab Gesang tidak tahu.
Misalnya, salah seorang teman Bondan tiba-tiba mengajukan pertanyaan kepada Gesang apakah Gesang suka musik rap yang banyak digandrungi remaja. Tentu saja Gesang menjawab tidak tahu. "Kayak apa itu. Wah saya tahunya cuma keroncong. He-he-he," ujar Gesang spontan.
Kembali bicara soal keroncong, Bondan bercerita kepada Gesang kalau grup bandnya menelorkan lagu keroncong protol alias keroncong lepas atau keroncong yang tidak lengkap. Mereka juga membuat video klipnya. Karena keroncong protol inilah, Bondan merasa harus bertemu dengan Gesang. Alasannya, menggunakan lagu keroncong protol tidak lengkap jika tidak bertemu sang maestro keroncong di Solo.
"Saya senang sekali ada anak-anak muda yang suka dengan keroncong. Semoga ketertarikan anak-anak ini dengan keroncong benar- benar kehendak yang lahir dari hati mereka sendiri. Ternyata masih ada anak modern yang senang keroncong," papar Gesang yang kemudian menyanyi bersama Bondan dan teman-temannya lagu Bengawan Solo dari awal hingga akhir.
Bondan yang sejak lama berniat sowan dengan maestro keroncong ini mengaku sangat terharu karena memiliki kesempatan bertemu dan berbicara lama dengan Gesang yang sangat dikaguminya. Bagi Bondan, ketika berdialog dengan Gesang banyak hal yang membuatnya bersemangat mengenal lebih jauh tentang keroncong.
"Saya salut banget dengan Mbah Gesang. Beliau adalah seniman sejati yang berkarya sejak usia 23 tahun. Walau sudah sepuh, ketika menyanyi Bengawan Solo atmosfir keroncong di sekeliling dia sangat kuat," kata Bondan yang berjanji akan tetap mempertahankan keroncong protol dalam grup bandnya.
sumber : http://nasional.kompas.com/read/2008/03/08/1034119/.saat.keroncong.protol.bertemu.gesang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar