Ada sebuah kisah yg bertutur tentang perjalanan hidup seorang pemuda menghabiskan hari-hari akhir kehidupannya.
Sang pemuda adalah seorang yang menjadi keras hati bersamaan dengan berhasilnya dia menjadi pebisnis sukses.
Suatu kesempatan, sang pemuda dihadapkan pada sebuah masalah yang kemudian mengantarkannya pada perenungan tentang ‘kekerdilan’ hidupnya selama ini.
Dalam pencarian akan hakikat kehidupan dan cinta yang hakiki, sang pemuda menemukan dirinya terserang sakit dengan vonis dokter sisa usianya berkisar hanya beberapa bulan saja.
Awalnya, dia sangat shock.
Kenapa justeru pada saat-saat seperti ini Tuhan ingin memanggilnya?
Nasehat seorang temanlah yang kemudian meneguhkannya.
Bahwa Tuhan menyediakan hikmah besar untuknya.
Ia pun menyusun hari2nya kembali.
Sederet tanggung jawab kehidupan yang harus diselesaikannya disusun sedemikian rupa.
Membayar kesalahan pada bawahan, menemani orang tua, berbuat baik pada banyak orang hingga menyiapkan bingkisan buat orang-orang dekatnya.
Hingga pada saat Tuhan memanggilnya, orang-orang di sekelilingnya melepas dengan derai air mata.
Ini adalah salah satu kisah episode kematian.
Berapa banyak orang yang sehat sentosa tiba-tiba meninggal mendadak.
Berapa banyak orang yang selamat dalam kecelakaan-kecelakaan maut.
Atau berapa banyak orang yang sembuh dari penyakit kritis yang divonis tak terobati.
Ajal akan datang pada saat yang Allah swt tetapkan, tanpa ada yang bisa menunda atau mempercepatnya.
Ketentuan ini memberi isyarat bagi kita untuk senantiasa bersiap-siaga menuju kematian.
Maha Suci Allah, yang senantiasa memberikan yang terbaik untuk makhlukNYA.
Lebih dari itu, rahasia kematian juga mengajarkan produktivitas tinggi pada manusia.
Manusia juga diajarkan untuk senantiasa membina hubungan silaturahim yang baik dengan semua orang di setiap kesempatan.
Hal terpenting bukanlah tentang kapan dan dengan cara apa kita menutup lembaran kehidupan kita di dunia ini.
Tapi bagaimana akhir kisah yang kita ukir dalam lembaran2 itu.
Hal terpenting adalah tak ada penyesalan ketika kita meninggalkan dunia ini.
Dan pada saatnya di yaumil akhir nanti, kita bisa bertemu Allah SWT dalam sumringah wajah ketakwaan .
Akhirnya, tuntunan kekasih Allah swt -Rasulullah SAW- benar-benar menjadi rumus pamungkas bagi kita dalam menjalani hidup ini:
Sumber : bundadontworry.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar