Final preparations: Joachim Low readies Germany for Italy in training
Dari tujuh kali pertemuan baik di Euro maupun Piala Dunia, Jerman tak pernah mampu mengalahkan Italia. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Berikut analisa Sven Goran Eriksson.
Datang sebagai favorit utama kejuaraan, Jerman melaju mulus hingga semifinal. 10 pertandingan di babak Kualifikasi ditambah 4 pertandingan di putaran final Euro 2012, Der Panzer benar-benar menjadi tim mengerikan. Namun, rekor fantastis 14 kemenangan terbanyak beruntun dalam sejarah DFB tersebut harus berhadapan dengan lawan bernama Italia.
Gli Azzurri seolah ditakdirkan selalu menjadi pengganjal Der Panzer di setiap turnamen. Kita semua masih ingat bagaimana euforia publik Jerman di Piala Dunia 2006 harus berakhir pilu setelah dua gol di masa extra time Fabio Grosso dan Alessandro Del Piero menghancurkan trend apik pasukan Juergen Klinsmann. Mirip saat ini, hanya sempat ditahan imbang Argentina hingga harus mengakhiri laga dengan adu penalti, enam tahun silam di kandang Die Mannschaft menjalani tiga laga di fase grup dengan mulus.
The sky's the limit: Italy stand in Germany's way of a final place, with Low aware of the havoc Andrea Pirlo (below) can wreak, if given the luxury of time and space
Italia dan Jerman hanya bertemu dua kali di putaran final Euro. Dua kali hasil imbang di Euro 1988 dan Euro 1996, Die Nationalelf makin tenggelam di hadapan Gli Azzurri jika melihat sejarah di Piala Dunia. Lima kali bertemu, The Blues tak pernah kalah dengan tiga di antaranya meraih kemenangan. Joachim Low tentu ingin melawan sejarah ini.
Nyaris skuad kedua tim bakal tampil full team. Hanya Cristian Maggio yang dipastikan absen karen akumulasi kartu, pemain-pemain yang sebelumnya diragukan kebugarannya sepertinya bakal tampil. Di kubu Low, pola pakem 4-2-3-1 dengan Mario Gomez di pucuk skema akan dilawan Cesare Prandelli dengan pola seperti saat melawan Inggris. Jika Giorghio Chiellini tetap dipasang, mungkin saja Federico Balzaretti harus dipinggirkan ke bench. Rawan bagi Italia memainkan 3-5-2 untuk berhadapan dengan sayap-sayap kencang seperti Thomas Muller dan Lukas Podolski.
Duel di lini tengah juga bakal dipastikan berlangsung panas. Sami Khedira tentu tak ingin melihat Andrea Pirlo seenaknya membagi bola ke seluruh penjuru lapangan. Mematikan Pirlo berarti mematikan kinerja permainan Italia. Tugas berat bagi Khedira dan juga Bastian Schweinsteiger. Cara bermain Italia yang sangat ngotot, bisa kita lihat bagaimana mereka langsung mengepung setiap pemain Inggris saat kehilangan bola, membuat friksi-friksi di tengah lapangan sepertinya tak akan terelakkan. Sebaliknya, De Rossi juga akan mempertaruhkan hidupnya untuk memastikan Mezut Oezil tak leluasa membagi bola.
Saya melihat, kecenderungan Italia akan menunggu terlebih dahulu. Jerman yang selalu bermain terbuka sepanjang turnamen ini bisa mendapatkan hukuman dari skema counter attack cepat Pirlo ke Mario Balotelli ataupun Antonio Cassano. Cara-cara seperti ini sudah mendarah daging dalam diri pemain Italia.
Jika dalam 17 kali kesempatan melaju hingga semifinal di Euro ataupun Piala Dunia, 11 kali Der Panzer mampu melaju ke final, persentase ini bisa saja bertambah di National Stadium, Polandia, Kamis (28/6) nanti. Namun, seperti biasa, Italia adalah negara dengan harga diri sangat tinggi. Jika sudah mencapai fase seperti saat ini, pantang bagi Gianluigi Buffon untuk terhenti. Mereka juga sudah kadung menunggu lama mengulang prestasi di tahun 1968. Kegagalan di final Euro 2000 dan skandal Calcioscommesse di dalam negeri bisa menjadi pemantik semangat mereka di lapangan.
Heartbreak: Two extra-time strikes from Alessandro Del Piero knocked Germany out of the World Cup on home soil six years ago
So, siapa yang bakal bersua Spanyol, Minggu (1/7) nanti?
sumber :http://www.supersoccer.co.id/edisi-khusus/siapa-sangka-kali-ini-jerman-bukan-sebagai-tim-yang-diunggulkan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar