Minggu, 04 September 2011

Kisah Nabi Adam A.S



Setelah Allah SWT menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya, laut-lautannya, dan tumbuh–tumbuhan serta hewan-hewannya, menciptakan langit dengan mataharinya, bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan, menciptakan malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yang diciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Dzat Yang Maha Mulia dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya.


Maka tibalah kehendak Allah SWT untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisimemeliharanya, menikmati isinya, mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya, dan berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan olehNya. bumi,


Kekhawatiran Para Malaikat

Ketika para Malaikat diberitahukan oleh Allah SWT akan kehendakNya untuk menciptakan makhluk lain yang bernama manusia, mereka khawatir jikalau kehendak Allah dalam menciptakan makhluk yang lain itu, karena kelalaian mereka dalam beribadah dan menjalankan tugas, serta pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disadari.

Berkata Malaikat kepada Allah SWT : ”Wahai Tuhan kami.. Buat apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami, padahal kami selalu bertasbih, bertahmid, melakukan ibadah, dan mengagungkan namaMu tanpa henti-hentinya, sedangkan makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu, akan bertengkar satu dengan lainnya, akan saling membunuh, berebut dalam menguasai kekayaan alam yang terlihat diatas dan yang terpendam di dalamnya, sehingga akan terjadilah kerusakan dan kehancuran di atas muka bumi yang Tuhan ciptakan.”

Allah berfirman guna menghilangkan kekhawatiran para Malaikat : “Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumiKu. Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepadanya, bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah, karena Allah SWT melarang hambaNya beribadah kepada sesama makhlukNya.”

Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah SWT dari segumpal tanah liat kering dan lumpur hitam yang berbentuk. Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna.


Iblis Membangkang

Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah seperti para malaikat, yang segera bersujud di hadapan Adam AS sebagai penghormatan bagi makhluk Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan tumbuh di atasnya, serta yang terpendam di dalamnya.

Iblis merasa dirinya lebih mulia, lebih utama, dan lebih agung dari Adam AS, karena ia diciptakan dari unsur api, sedangkan Adam dari tanah dan lumpur. Kebanggaannya dengan asal usulnya, menjadikan ia sombong dan merasa rendah untuk bersujud menghormati Adam seperti para malaikat yang lain, walaupun ia telah diperintah oleh Allah SWTuntuk bersujud.

Allah SWT bertanya kepada Iblis : ”Apakah yang mencegahmu sujud menghormati sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tanganKu?”

Iblis menjawab : ”Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia Ya Allah. Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur.”

Karena kesombongan, kecongkakan, dan pembangkangannya melakukan sujud yang diperintahkan, maka Allah SWT menghukum Iblis dengan mengusirnya dari surga dan mengeluarkannya dari barisan malaikat, dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga hari kiamat, dan ia dinyatakan sebagai penghuni kekal neraka.

Iblis dengan sombongnya menerima hukuman Tuhan itu, dan ia hanya mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal, hingga hari kebangkitan kembali di hari kiamat. Allah pun meluluskan permohonannya dan ditangguhkanlah ia sampai pada hari kebangkitan.

Iblis tidak berterima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu, bahkan sebaliknya ia mengancam akan menyesatkan Adam, sebagai sebab terusirnya dia dari surga dan dikeluarkannya dari barisan malaikat, dan akan mendatangi anak-anak keturunan Adam dari segala sudut untuk membujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan bersamanya menempuh jalan yang sesat, mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang, menggoda mereka supaya melalaikan perintah-perintah agama, dan mempengaruhi mereka agar tidak bersyukur dan beramal soleh.

Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu : “Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka. Engkau tidak akan berdaya menyesatkan hamba-hambaKu yang telah beriman kepadaKu dengan sepenuh hatinya dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh rayuanmu, walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah.”


Pengetahuan Adam Tentang Nama-Nama Benda

Allah hendak menghilangkan anggapan rendah para Malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmatNya menunjuk Adam sebagai penguasa bumi. Maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang berada di alam semesta.

Kemudian diperagakanlah benda-benda itu oleh Allah SWT di depan para MalaikatNya seraya berkata : ”Coba sebutkan untukKu nama benda-benda itu, jika kamu benar merasa lebih mengetahui dan lebih mengerti dari Adam.”

Para Malaikat tidak berdaya memenuhi tentangan Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka. Mereka mengakui ketidaksanggupannya dengan berkata : ”Maha Agung Engkau Ya Allah.. Sesungguhnya kami tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu, kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.”

Lalu Adam AS diperintahkan oleh Allah SWT untuk memberitahukan nama-nama itu kepada para Malaikat. Setelah diberitahukan oleh Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka : ”Bukankah Aku telah katakan padamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.”


Adam Penghuni Surga

Adam diberi tempat oleh Allah di surga dan baginya diciptakanlah Hawa untuk mendampinginya dan menjadi teman hidupnya, menghilangkan rasa kesepiannya, dan melengkapi keperluan fitrahnya untuk mengembangkan keturunannya.

Menurut cerita para ulama, Hawa diciptakan oleh Allah SWT dari salah satu tulang rusuk Adam disebelah kiri diwaktu ia masih tidur, sehingga ketika ia terjaga, ia melihat Hawa sudah berada di sampingnya.

Ia ditanya oleh Malaikat : ”Wahai Adam.. Apa dan siapakah makhluk yang berada di sampingmu itu?”

Berkatalah Adam : ”Seorang perempuan.. Sesuai dengan fitrah yang telah di ilhamkan oleh Allah kepadanya.”

”Siapa namanya?” tanya malaikat lagi.

”Hawa,” jawab Adam.

”Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk ini?” tanya malaikat lagi.

Adam menjawab : ”Untuk mendampingiku,memberi kebahagian bagiku, dan mengisi keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah.”

Allah berpesan kepada Adam : ”Tinggallah engkau bersama isterimu di surga, rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya, cicipilah dan makanlah buah-buahan yang lazat yang terdapat di dalamnya sepuas hatimu dan sekehendak nasfumu. Kamu tidak akan mengalami atau merasa lapar, dahaga, ataupun letih selama kamu berada di dalamnya. Akan tetapi, Aku ingatkan, janganlah makan buah dari pohon ini, yang akan menyebabkan kamu celaka dan termasuk orang-orang yang zalim. Ketahuilah bahwa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh isterimu, ia akan berusaha membujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari syurga, sehingga hilanglah kebahagiaan yang kamu nikmati saat ini.”


Iblis Beraksi

Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh Allah dari Surga akibat pembangkangannya dan terdorong oleh rasa iri hati dan dengki terhadap Adam, yang menjadi sebab sampai ia terkutuk dan terlaknat selama-lamanya, tersingkir dari singgasana kebesarannya. Iblis mulai menyusun strategi rancangan penyesatannya kepada Adam dan Hawa yang sedang hidup berdua di surga yang tenteram, damai, dan bahagia.

Iblis menyatakan kepada mereka, bahwa ia adalah kawan mereka dan ingin memberi nasehat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan mereka. Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk mendapatkan kepercayaan Adam dan Hawa, bahwa ia benar-benar jujur dalam nasehat dan petunjuk kepada mereka.

Ia membisikkan kepada mereka, bahwa larangan Tuhan kepada mereka memakan buah-buah yang ditunjuk itu adalah karena dengan memakan buah itu mereka akan menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal abadi. Diulang-ulangilah bujukannya dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang dilarang itu, indah bentuk buahnya, dan lazat rasanya. Sehingga pada akhirnya, termakanlah bujukan yang halus itu oleh Adam dan Hawa, serta dilanggarlah larangan Tuhan.

Allah mencela perbuatan mereka dan berfirman : “Tidakkah Aku telah mencegah kamu untuk mendekati pohon itu dan memakan dari buahnya? Dan tidakkah Aku telah ingatkan kamu, bahwa syaitan itu adalah musuhmu yang nyata.”

Adam dan Hawa yang mendengar firman Allah itu tersadar, bahwa mereka telah melanggar perintah Allah, dan mereka telah melakukan suatu kesalahan dan dosa besar. Seraya menyesal berkatalah mereka : ”Wahai Tuhan kami.. Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan telah melanggar perintahMu karena terkena bujukan Iblis. Ampunilah dosa kami, karena niscaya kami akan tergolong orang-orang yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami.”


Adam dan Hawa Diturunkan Ke Bumi

Allah telah menerima taubat Adam dan Hawa, serta mengampuni perbuatan pelanggaran yang telah mereka lakukan. Hal itu melegakan dada mereka dan menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian peringatan Tuhan tentang Iblis, sehingga mereka terjerumus menjadi mangsa bujukan dan rayuan yang manis dan berancun itu.

Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah, dan selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu kembali oleh Iblis, dan berusaha agar pelanggaran yang telah dilakukan dan menimbulkan murka Tuhan itu, menjadi pelajaran bagi mereka berdua untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu daya dan bujukan Iblis yang terlaknat.

Harapan untuk tinggal terus di surga telah pudar, karena perbuatan dan pelanggaran terhadap perintah Allah. Hidup kembali hati dan fikiran Adam dan Hawa yang merasa kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di surga tidak akan terganggu oleh sesuatu karena ridha Allah serta rahmatnya, akan tetap berlimpah di atas mereka untuk selama-lamanya.

Akan tetapi Allah telah menentukan dalam takdirNya apa yang tidak terlintas dalam hati dan tidak terfikirkan oleh mereka. Allah SWT yang telah menentukan dalam takdirNya, bahwa bumi yang penuh dengan kekayaan untuk dikelolanya, akan dikuasai kepada manusia, keturunan Adam. Dan memerintahkan Adam dan Hawa untuk turun ke bumi sebagai benih pertama dari hamba-hambaNya yang bernama manusia.

Berfirmanlah Allah kepada mereka : ”Turunlah kamu ke bumi! Sebagian daripada kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Kamu dapat tinggal tetap dan hidup disana sampai waktu yang telah ditentukan.”

Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh berbeda dengan hidup di surga yang pernah mereka alami dan yang tidak akan terulang kembali. Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka dan dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang beraneka ragam, sifat, dan tabiatnya. Berbeda-beda warna kulit dan kecerdasan otaknya.

Umat manusia yang akan berkelompok-kelompok menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa di mana satu menjadi musuh yang lain, saling membunuh, menganiaya, menindas. Hingga dari waktu ke waktu Allah mengutus nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya memimpin hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus, penuh damai, kasih sayang di antara sesama manusia, jalan yang menuju kepada ridhaNya, serta kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.


Kisah Adam dalam Al-Qur'an

Al Qur'an menceritakan kisah Adam dalam beberapa surat, di antaranya : surat Al Baqarah ayat 30-38 dan surat Al A’raaf ayat 11-25.


Pelajaran Yang Terkandung Dari Kisah Nabi Adam AS

Bahwasannya, hikmah yang terkandung di dalam perintah-perintah dan larangan-larangan Allah dan apa yang diciptakanNya, kadangkala tidak atau belum dapat dicapai oleh otak manusia, bahkan oleh makhlukNya yang terdekat sekali pun, seperti yang telah dialami oleh para Malaikat tatkala diberitahu bahwa Allah akan menciptakan manusia – keturunan Adam untuk menjadi khalifahNya di muka bumi, sehingga mereka seakan-akan keberatan dan bertanya-tanya, mengapa dan untuk apa Allah menciptakan jenis makhluk lain selain mereka yang sudah patuh, rajin beribadat, bertasbih, bertahmid, dan mengagungkan nama-Nya.

Bahwasannya, manusia meski telah dikaruniai kecerdasan dalam berfikir dan memiliki kekuatan fisik dan mental, ia akan tetap mempunyai beberapa kelemahan pada dirinya, seperti : sifat lalai, lupa, dan khilaf. Yang mana, hal ini telah terjadi pada diri Nabi Adam AS, yang meski ia telah menjadi manusia yang sempurna dan dikaruniai kedudukan yang istimewa di surga, ia tetap tidak dapat terhindar dari sifat-sifat manusia yang lemah itu.

Ia telah lupa dan melalaikan peringatan Allah kepadanya, tentang pohon terlarang, dan tentang Iblis yang menjadi musuhnya dan musuh seluruh keturunannya, sehingga terperangkaplah ia ke dalam tipu daya, dan terjadilah pelanggaran pertama yang dilakukan oleh manusia terhadap larangan Allah.

Bahwasannya seseorang yang telah terlanjur melakukan maksiat dan berbuat dosa, tidaklah sepatutnya berputus asa dari rahmat dan ampunan Tuhan, asalkan ia sadar akan kesalahan dan perbuatannya dan bertaubat tidak akan melakukannya kembali. Rahmat Allah dan maghfirahNya mencakup atas segala dosa yang diperbuat oleh hamba-hambaNya, kecuali syirik, bagaimana pun besar dosa itu asalkan diikuti dengan kesadaran bertaubat dan pengakuan kesalahan, akan diampuni oleh Allah SWT.

Sifat sombong dan congkak selalu membawa kerugian dan kebinasaan. Lihatlah Iblis yang turun dari singgasananya, di cabut kedudukannya sebagai penghulu para Malaikat, dan diusir oleh Allah dari surga dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat kepada dirinya hingga hari Kiamat karena kesombongan dan kebanggaaannya dengan asal-usulnya. Sehingga ia menganggap dan memandang rendah kepada Nabi Adam AS, dan menolak untuk bersujud menghormatinya, walaupun itu merupakan perintah dari Allah SWT.

Sumber : siradel.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar